Netizentimes.id – Vacancy 2: the first cut bercerita tentang 3 anak muda, Caleb, dan kekasihnya Jessica, serta sahabat mereka, Tanner yang humoris tengah menginap di Meadow View Inn. Awalnya, hal mengerikan yang mereka lihat sepanjang menginap di tempat itu cuma dekorasi motel yang sangat norak. Tapi, mereka tidak sadar bahwa bahaya yang tengah mengintai.

Bagaimana tidak bahaya? Gordon, sang pemiliki motel, beserta pembantunya yang bernama Reece, serta seorang pria bernama Mr. Smith yang merupakan pembunuh berantai, sedang merencanakan plot untuk sebuah film amatir bergenre horror thriller di motel aneh itu. Sebuah ide mengerikan untuk mendapatkan keuntungan dengan membunuh orang lain.
Baca Film Vacancy – Teror Di Sebuah Motel Terpencil

Kemudian pada saat Caleb, Jessica, dan Tanner jatuh ke dalam jebakan menakutkan dari Mr. Smith, satu-satunya harapan mereka untuk lolos dari teror tersebut adalah dengan melakukan perlawanan. Melawan dengan kemampuan fisik dan strategi untuk bisa mengalahkan para psikopat tersebut.
Vacancy 2: The First Cut Memiliki Ide Jenius
Ide film ini bisa dikatakan sangat jenius. Pertama, pernah terbayang untuk membuat sebuah film porno amatir? Kedua, pernahkah terbayang dalam hidup, kamu bertemu seorang pembunuh? Ketiga, apakah kamu pernah terbayang memadukan keduanya?

Mungkin tidak semua orang menyukai film porno, namun selalu ada pasar untuk film pembunuhan yang dibumbui adegan porno. Nah dari situlah ide itu muncul di benak Gordon dan teman-temannya. Film ini masih menggunakan ide yang tidak jauh berbeda dengan film pertamanya, tapi cukup menarik untuk dinikmati, dan tidak terlalu membosankan. Saya beri nilai 9 dari 10.
Baca Arnold Schwarzenegger Akan Bintangi Film Serial Produksi Netflix
Perbedaan dari film pertamanya adalah jika sebelumnya aktor utamanya merupakan pasangan suami istri yang sudah dewasa, maka di film keduanya, sang penulis naskah dan sutradara menghadirkan 3 anak muda. Vacancy 2: the first cut, seperti halnya film pertamanya, sepertinya masih terinspirasi dengan karya-karya sutradara legendaris Alfred Hitchock.