Netizentimes.id – Perbedaan mendasar antara “The Silence of the Lamb” dan sekuelnya, “Hannibal”, adalah bahwa yang pertama menakutkan, mengganggu dan menghadirkan ketegangan, sedangkan yang kedua hanya mengganggu.
Hal yang membuat “The Silence of the Lamb” lebih menarik, adalah narasi yang berasal dari sudut pandang seorang wanita muda bernama Clarice Starling, anggota FBI yang diperankan oleh Jodie Foster, dan kisah itu mengikutinya tanpa banyak gangguan. Sementara, di film kedua, narasi berasal dari sudut pandang Hanibal (Anthony Hopkins). Ia kuat sebagai karakter, namun lemah untuk narasi.
Baca The Number 23 – Obsesi Pada Novel Yang Berakhir Menjadi Petaka

Dr. Hannibal Lecter adalah karakter utama dalam kisah ini, dia menghadirkan kejahatan, tapi di sisi lain ia adalah sosok yang saya sukai, karena dia suka membantu Clarice memecahkan kasus pembunuhan berantai lainnya.
Baca Film Korea My Little Bridge – Menceritakan Perjodohan Dengan Bocil
Popularitas film karya Jonathan Demme ini kemungkinan besar akan bertahan selama ada pasar untuk genre thriller. Seperti halnya film-film thriller klasik lainnya ‘Nosferatu’, ‘Psycho’ dan ‘Halloween’, di mana hal ini menggambarkan bahwa thriller terbaik tidak akan menjadi tua.
Baca Enemy – Menemukan “Kembaran” Setelah Menonton Film
Hubungan Petugas Polisi Dan Psikopat Dalam The Silence of the Lamb

Ketakutan adalah emosi universal dan emosi abadi. Tapi “Silence of the Lambs” bukan hanya pertunjukan yang menarik. Film ini juga tentang dua karakter paling berkesan dalam sejarah film, Clarice Starling dan Hannibal Lecter, dan hubungan mereka yang unik.
Baca Film Brokeback Mountain – Kisah Homo Joker Dan Mysterio
Mereka banyak berbagi. Keduanya diasingkan oleh dunia. Lecter, terasing dalam hal kemanusiaan karena menjadi pembunuh berantai dan kanibal, sementara Clarice, terasing dalam lingkungan pekerjaannya sebagai polisi karena ia adalah seorang wanita. Keduanya merasa tidak berdaya.

Mereka berdua menggunakan kekuatan persuasif untuk melarikan diri dari perangkap mereka. Lecter dapat menyingkirkan wabah di dalam sel dengan menggigit lidahnya sendiri, dan Clarice dapat membujuk Lecter untuk membantunya menangkap pembunuh berantai bernama Buffalo Bill. Temukan. Selain itu keduanya berbagi luka masa kecil yang serupa.
Lecter ternyata memiliki simpati saat mengetahui bahwa Clarice kehilangan kedua orangtuanya di usia muda, dan diasuh oleh kerabat orangtuanya. Pada dasarnya ia adalah seorang yatim piatu yang tidak mendapatkan cinta ketika kecil. Dan Lecter sendiri adalah korban pelecehan sewaktu masih kecil.
Bagaimana kedua karakter tersebut saling membantu dan menguatkan adalah yang membuat film ini sangat menarik.