Netizentimes.id – Metode baru untuk mengukur kesehatan mental masyarakat telah membantu mengungkap kesejahteraan masyarakat di dunia Arab di tengah pandemi.
Alih-alih menggunakan data tradisional berdasarkan indikator ekonomi, seperti produk domestik bruto (PDB), Gallup Global Emotional Report menggunakan pengalaman “positif dan negatif” untuk menilai keadaan psikologis suatu negara atau wilayah.

Angka tahun ini berfungsi sebagai dasar sebelum adanya pandemi untuk kesejahteraan emosional dunia. Sebanyak 175.000 orang yang diwawancarai oleh Gallup memasuki periode pandemi dalam keadaan mental yang sudah negatif yang “mungkin bukan pertanda baik untuk kehidupan pasca-epidemi mereka,” menurut penelitian tersebut.
Mengingat gejolak sosial-ekonomi dan politik yang tinggi di Timur Tengah dan Afrika Utara (MENA), serta Asia Tengah dalam beberapa tahun terakhir, tidak mengherankan jika laporan Gallup di tahun 2020 menemukan banyak dari area ini berada di posisi teratas peta dunia karena pengalaman negatif.
Afghanistan yang dilanda perang, misalnya, memiliki indeks pengalaman positif terendah di dunia selama tiga tahun berturut-turut. Skor 38 pada indeks nasional dari 0 hingga 100 bahkan lebih rendah dari tahun sebelumnya, yang mencerminkan lingkaran kekerasan dan kemiskinan yang sekarang menjadi ciri kehidupan Afghanistan.
Pada 2019, 31 persen orang Afghanistan yang mengatakan bahwa mereka tersenyum atau tertawa sehari sebelumnya adalah yang terendah yang pernah tercatat di negara mana pun.

Sama seperti data yang bisa diprediksi untuk Lebanon, negara yang oleh Gallup digambarkan sebagai “rollercoaster emosional”, di mana orang dewasa mengalami serangan emosional paling timggi dari populasi mana pun di dunia antara 2018 dan 2019.
Nilai indeks pengalaman positif mereka turun 12 poin, sedangkan indeks pengalaman negatif mereka naik 18 poin.
Setelah kekacauan politik dan ekonomi yang parah selama tahun 2019, dengan ratusan ribu pengunjuk rasa turun ke jalan pada bulan Oktober tahun itu, Lebanon melaporkan skor indeks terendah kedua yaitu 45, nilai terendah baru untuk negara tersebut.

Indeks pengalaman positif turun 12 poin dalam setahun, penurunan terbesar di antara semua negara antara 2018 dan 2019 – dan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan sebelum insiden ledakan di pelabuhan Beirut pada 4 Agustus 2020.
“Sebelum revolusi Lebanon pada Oktober 2019, kami orang Lebanon berada dalam keadaan putus asa dan tidak berdaya. Dan kemudian, dengan revolusi, kami mengalami perubahan emosional yang luar biasa terhadap harapan, komitmen, dan kegembiraan,” kata Dr. Nayla Majdalani, seorang psikolog klinis yang berbasis di Beirut, kata Arab News.
Dapatkan berita viral hari ini hanya di Netizentimes.id
Viral Menarik Lainnya:
Kementerian Kebudayaan Arab Saudi Akan Menggelar Saudi Fashion Hackathon
Christopher Nolan Menyebut Rencana Streaming Warner Bros ‘Berantakan’
Model Keturunan Maroko-Inggris, Nora Attal, Mendapatkan Kampanye Chanel Beauty Pertamanya