Netizentimes.id – Malam semakin larut setiap detiknya, di setiap ingatan dalam hidupku. Aku melihatmu diikat kenangan terpatri kaku tiada pilihan. Di Seberang, aku mengulurkan tangan, tapi semakin lama semakin datar engkau ku pandang. Engkau ada sejauh mata menatap dengan batas yang tak dapat ku pijak.
Jika ada seseorang yang membuatmu terjaga lebih larut, bangun lebih ceria, bekerja lebih rajin, tertawa lebih lebar dan membuatmu lebih menikmati hidup. Pertahankanlah. Jangan sampai semuanya hancur dan sadar ketika semua sudah terlambat.
Teruslah berjalan pada jalan yang ditumbuhi bunga matahari dan strawberry di kedua sisinya. Menari lah dengan sesuatu yang susah payah kau bangun. Aku Pun demikian, aku akan berjalan pada jalan yang tidak kau tempuh, tidak disinari matahari dan tidak ada apa-apa untuk tumbuh.
Engkau telah mengirimku kesana dengan mengatakan sudah merencanakan semua dan akan ikut dia kemanapun. Sekali lagi, berapa kali pun aku percaya cinta, sebanyak itu juga cinta menghancurkan keyakinanku.
Pagi Hari

Pagi telah datang, mentari berjalan pelan semakin meninggi. Aku selalu penasaran tentang yang engkau lakukan pertama kali setelah bangun tidur. Semuanya mengalir begitu indah dan nampak nyata dengan awalan seandainya.
Semisal, seandainya aku mengenalmu lebih dulu, memperhatikanmu lebih dulu begitupun sebaliknya. Dan kita saling mengerti satu sama lain seperti kita saat ini. Namun tanpa ada dia yang berdiri mematung memantau dibelakangmu juga memiliki sedikit kuasa atasmu.
Pagi hari dengan kabarmu atau sekedar pesan penyemangat sekaligus saling berbalasan terlihat begitu indahnya. Namun, pagi dengan seandainya harus segera berakhir. Realita dan rutinitas harus segera dimulai karena disitu engkau hidup dan ada untuk kuajak berbicara.
Memulai Rutinitas dan Realita

Ada musik tanpa lirik di kepalaku, suka berputar seenaknya. Kupikir ada yang salah di dalam. Ternyata benar, karena engkau sudah tidak benar-benar ada didalamnya. Ada tapi tak dapat ku raih untuk kubawa pulang kepada orang tuaku.
Percayalah aku bisa merangkai musik tanpa lirik itu menjadi sesuatu yang utuh. Tidak hanya bisa didengarkan, tapi bisa juga dinyanyikan. Mungkin sedikit lebih lama karena harus bekerja sendiri sembari sesekali menyeka air mata yang memaksa keluar.
Sesuatu berbisik pelan. “Dia tidak menghilang tiba-tiba, namun seperti banjir yang perlahan menyusut lalu hilang menyisakan dingin, basah dan genangan”. Aku masih ingin melihatnya lagi untuk beberapa tahun kedepan. Berbicara dengannya juga dengan seseorang yang merawat dan tinggal bersamanya jika ia mau.
Mengakhiri Rutinitas dan Realita
Menutup hari, swastamita terbaik yang bisa ku lihat yakni wajahmu perlahan meleleh dengan minyak dan bibir yang ringan terangkat. Selebrasi template sebelum pergi untuk menyambungnya malam ini atau bertemu esok pagi.
Tuhan terimakasih sudah kau beri kesempatan ini, sebagai bagian dari perjalan hidupku, mensyukurinya adalah pilihan terbaik saat ini. Perasaan ini terus tumbuh indah nan megah, aku tak bisa mengontrol juga membaginya. Bagian paling terberatnya yakni menikmatinya sendiri.
Dimanapun dirinya berada, aku tidak bisa mengatakan dengan tepat tentang perasaanku saat ini. Hal itu tidak sesederhana kelihatannya hingga aku hanya bisa sampai sini. Dan entah kenapa aku bisa menaruh hati sampai begini.
Bersiap saja karena perasaan bahagia ini cepat atau lambat akan berakhir, semuanya akan berubah tak seperti biasanya. Untuk saat ini memang terlalu cepat jika harus merasakan perpisahan. Namun apapun yang terjadi, aku harus tetap baik-baik saja. Menerima dengan ikhlas adalah yang terpenting saat ini. Kesedihan-kesedihan akan dibalas kebahagiaan di hari-hari selanjutnya.

Malam Semakin Larut
Semenyenagkan ini namun aku masih bingung, ya rindu kerap membuat bingung siapapun. Aku bingung bagaimana engkau bisa begitu mudah membuatku yakin dan ragu sekaligus. Yakin jika harus menua denganmu dan ragu karena bayanganmu beda dengan fisikmu.
Aku menginginkanmu sebelum dapat mengingat apapun secara utuh disini. Meramu apa saja untuk menjadikannya sebuah pembahasan adalah upayaku menyelamimu dan hanyut dalam aliran rindu tak berujung yang entah membawaku kemana. Ke segitiga bermuda atau membuat berputar-putar saja.
Meski apa yang ditanam tidak selalu bisa dituai, setidaknya selalu libatkan hal-hal baik di dalamnya. Aku sebagaimana prasangkamu, benar adanya. Memikirkan sesuatu yang seharusnya dirasakan itu adalah sebuah kesalahan dan doa adalah bukti ketidakberdayaan.
Dapatkan cerita menarik lainnya tentang kehidupan hanya di Netizentimes.id