Netizentimes.id – “Fatal Attraction” adalah film thriller psikologis menarik yang bisa menjadi film hebat jika pembuat film tidak mengabaikan karakter dan beberapa adegan terakhir untuk memberi kita versi lain dari film “Friday the 13th.”
Karena banyak adegan dalam film ini begitu bagus, sayang sekali potensi kehebatan film tersebut telah dikompromikan secara terbuka dengan ending yang sedikit mengecewakan menurut saya. Kedalaman karakter juga tidak mengalami perkembangan, padahal di awal begitu memukau, sehingga pada akhirnya berlangsung datar.
Baca Vacancy 2: The First Cut – Teror Pembunuh Berantai Di Sebuah Motel
Sinopsis Film Fatal Attraction

Film ini dibintangi Michael Douglas sebagai seorang pengacara yang telah menikah dengan bahagia selama sembilan tahun, memiliki seorang putri berusia 6 tahun, mencintai istrinya dan tidak memiliki masalah keluarga, hingga kemudian ia bertemu dengan seorang perempuan berambut pirang yang menarik (Glenn Close) di sebuah pesta bisnis.
Baca Once Upon A Time In China And America – Wong Fei Hung Plesir Ke Amrik
Dia memanfaatkan pesta tersebut untuk mengenalnya, dan pada suatu akhir pekan ketika istri dan putri Douglas pergi keluar kota untuk mengunjungi mertuanya, dia mengundang si pirang untuk makan malam.
Baca American Hustle – Ketika FBI Mempekerjakan Penjahat Untuk Menangkap Koruptor

Dia menemukan momen si perempuan siap untuk digoda, dan mereka berhubungan seks dengan penuh gairah. Mereka berhubungan seksual di beberapa lokasi, yaitu di lift barang, di ruang kerja, dan tentu saja di tempat tidur.
Baca American Psycho – Menjadi Psikopat Karena Gengsi
Film ini disutradarai oleh Adrian Lyne (“9 1/2 Weeks”), yang ide-idenya tentang kisah cinta terlarang tampak serupa.
Douglas telah memperjelas bahwa dia adalah pria yang bahagia menikah dan melihat pertemuan mereka sebagai pertemuan satu malam (“Dua orang dewasa yang melihat kesempatan dan memanfaatkannya”), tetapi Close tidak melihatnya seperti itu. Begitu hubungan seks berakhir, dia mulai menuntut perhatian yang lebih besar dari Douglas.

Namun Douglas menolaknya dan menyuruhnya pergi. Meski demikian, si pirang tidak menyerah begitu saja, dan melakukan hal-hal yang membuat Douglas merasa diteror, seperti ketika ia mengunjunginya di kantor, menelepon rumahnya pada tengah malam, melempar asam ke mobilnya, serta mengunjungi istrinya dengan dalih membeli apartemen mereka.
Baca Mr. Brooks – Bahagia Karena Membunuh Adalah Jenis Bahagia Yang Tidak Sederhana
Putus asa untuk menjaga rahasianya dan menjaga pernikahannya yang bahagia, Douglas mencoba untuk berdebat dengannya, mengancamnya, dan bahkan bersembunyi darinya, tetapi dia tidak kenal lelah. (Dan Anda tidak dapat membaca jika Anda berencana untuk menonton film, atau mungkin jika Anda memikirkannya, Anda harus melakukannya.)